New Normal dalam Pendidikan, Seperti Apa?

Adalah tak asing lagi bagi kita kalau mendengar, membaca frasa kata New Normal. Hanya yang masih belum dipahami adalah makna dari New Normal itu sendiri. Banyak orang mengira New Normal adalah kembali ke kehidupan seperti sebelum-nya (ada pandemi Covid 19). Padahal, New Normal adalah kata lain dari semua dikembalikan kepada masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan supaya tak terpapar. Hanya persoalannya apakah masyarakat sudah siap melaksanakannya. Pertanyaan ini yang belum terjawab. Ini yang menyebabkan banyak orang tua resah dan belum paham tentang kondisi seperti apa yang akan diberlakukan oleh masyarakat kita, khususnya di dunia pendidikan? Lantas New Normal atau Kelaziman Baru yang bagaimana yang akan diberlakukan di dunia pendidikan? Masalahnya selama vaksin Covid 19 belum ditemukan, New Normal akan tetap diberlakukan.

Berbicara pendidikan sekolah, populasinya pasti dari anak-anak usia 7 sampai dengan 18 tahun, belum lagi pra sekolah. Ini sangat membutuhkan perhatian yang lebih tidak hanya dari kalangan pendidikan, praktisi, tetapi orang tua dan kita semua. Seperti apa gambaran yang sebenarnya apabila New Normal benar-benar diterapkan dalam pendidikan?

Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah dalam penerapannya New Normal tidak hanya melihat segala kemungkinan yang terjadi di sekolah. Artinya anak-anak mulai dari rumah ke sekolah kemudian sampai  pulang lagi  ke rumah,  ini yang perlu perhatian ekstra dan kerjasamanya dari masyarakat. Kemudian bagaimana strategi, pengaturannya, dan protokol kesehatannya harus benar-benra konkret dan dipahami oleh masyarakat, kata kuncinya adalah disiplin yang akhirnya menjadi core /  inti daripada apapun strategi, aturan dan protokol kesehatan. Sebagai contoh disiplin memakai masker, disiplin mencuci tangan, disiplin menjaga jarak dan disiplin disiplin lainnya yang telah diatur oleh Gugus Tugas Protokol Kesehatan. Bahkan anak-anak harus sudah disiapkan membawa makan siang dari rumah, yang merupakan salah satu strategi agar anak-anak tidak melakukan kegiatan berkumpul di kantin misalnya. Kemudian Selama perjalanan ke dan pulang sekolah juga harus disiplin untuk tidak mampir atau  berhenti disepanjang jalan. Aturan dikelaspun juga harus menjaga jarak antar siswa dan bahkan guru dalam mengajar tidak diperbolehkan keliling kelas atau mondar-mandir di dalam kelas. Tentunya masih banyak lagi yang perlu diperhatikan, sampai ketersediaan alat kesehatan dalam mengecek siswa yang kesehatannya terganggu atau yang masuk dalam kategori anak tidak boleh masuk kesekolah.  Dan tentunya masih banyak lagi hal-hal yang perlu dibahas dalam melaksanakan New Normal dalam Pendidikan.

Karena bentuk pelaksanaan New Normal di sekolah ini tidak bisa dilepas begitu saja, tetap masih membutuhkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat, karena populasi anak sekolah relatif masih mudah dan mempunyai karakter yang masih labil.

Siapkah sekolah-sekolah menerapkan New Normal yang tentunya sebentar lagi akan diterapkan. Jawabannya ada pada tingkat kedisiplinan semua semua pihak. Atau barangkali sebelum masuk ke New Normal yang sebenarnya, tidak ada salahnya kalau diterapkan  Pra New Normal sebagai latihan. Dengan menerapkan Pra New Normal (versi penulis) jam masuk sekolah diatur dan tiap kelas dibatasi 10 -15 siswa. Lama pembelajaran bisa tiap siswa 1 atau 2 kali seminggu ke sekolah. Artinya selama di sekolah, siswa hanya menanyakan hal-hal yang tidak dipahami pada saat pembelajaran on line atau Pembelajaran Jarak Jauh / Daring dan sedikit penjelasan oleh Bapak/Ibu guru. Dengan kata lain pembelajaran dengan Blended Program ( on line dan off line). Namun dengan tidak mengurangi kualitas materi yang diajarkan. Sambil menunggu seperti apa aturan mainnya yang akan diluncurkan oleh pemerintah, mari kita sama-sama dukung segala upaya yang terbaik pada dunia pendidikan di era pandemi Covid 19 jilid 2 ini.

Share this post